Apa itu Bullying?

Apa itu Bullying ? Bagaimana Cara Mengetahuinya?

Bullying adalah perilaku agresif disengaja yang menggunakan ketidakseimbangan kekuasaan atau kekuatan. Bullying beda dengan berkonflik. Konflik melibatkan antagonisme antara dua orang atau lebih. Setiap dua orang dapat memiliki konflik, perselisihan, atau perkelahian tetapi bullying hanya terjadi di mana ada ketidakseimbangan kekuatan. Seseorang yang melakukan bullying dapat melakukan hal seperti: memukul, menendang, mendorong, meludah, mengejek, menggoda, penghinaan rasial, pelecehan verbal, dan mengancam. Menurut ahli lain Bullying adalah salah satu bentuk dari perilaku agresi dengan kekuatan yang dominan pada perilaku yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain atau korban yang lebih lemah darinya. Bullying terjadi jika seseorang atau sekelompok orang mengganggu atau mengancam keselamatan dan kesehatan seseorang baik secara fisik maupun psikologis, mengancam properti, reputasi atau penerimaan sosial seseorang yang dilakukan secara berulang dan terus menerus.
bullying
bullying

Jenis Bullying

Apabila pihak sekolah tidak bisa mendeteksi atau tidak mengambil tindakan terhadap kasus bullying, sudah tugas Andalah sebagai orangtua untuk melihat tanda-tanda dan sifat penindasan yang dialami atau bahkan dilakukan oleh anak Anda. Pada dasarnya, ada 5 jenis bullying yang kerap terjadi di lingkungan sekolah. Kadang, seorang anak bisa menjadi korban beberapa jenis penindasan sekaligus. Karena ciri-ciri dan dampaknya pada anak berbeda-beda, simak rincian 5 jenis bullying berikut ini.

1. Penindasan fisik

Biasanya penindasan fisik adalah salah satu jenis bullying yang paling mudah dikenali. Yang menjadi korban akan menerima berbagai perlakuan fisik yang kasar mulai dari menghalangi jalan korban, menyandung, mendorong, memukul, menjambak, hingga melempari dengan benda-benda.
Perhatikan apabila pada tubuh anak Anda sering muncul luka-luka tanpa alasan yang jelas. Biasanya anak yang menjadi korban enggan untuk mengakui bahwa dirinya ditindas secara fisik karena takut dianggap tukang mengadu atau karena diancam oleh penindasnya. Maka, anak mungkin akan menjawab bahwa luka tersebut didapat saat main basket atau jatuh dari tangga. Ciri lain yang harus Anda perhatikan adalah apabila buah hati Anda bertubuh kecil untuk anak seusianya sementara teman-temannya bertubuh lebih besar darinya. Hal ini membuat anak Anda lebih rentan jadi sasaran. Hati-hati jika anak mulai mengeluh sakit kepala, sakit perut, atau mual. Sebaiknya segera periksakan anak ke fasilitas kesehatan.
Jika Anda mengamati adanya ciri-ciri tersebut, bicarakan baik-baik dengan anak Anda. Jangan memaksa atau mengancamnya untuk mengaku. Lebih baik tanyakan bagaimana hubungannya dengan teman-teman di sekolah, apakah ia merasa cocok dengan teman-teman di sekolah, atau apakah ia memiliki keinginan untuk pindah sekolah. Kemudian bicarakan masalah ini dengan pihak sekolah dengan menyertakan bukti-bukti penindasan yang dialami anak Anda.  

2. Penindasan verbal

Jenis bullying ini tidak lebih baik dari penindasan fisik. Penindasan verbal dilakukan dengan kata-kata, pernyataan, julukan, dan tekanan psikologis yang menyakitkan atau merendahkan. Karena dampaknya tidak terlihat secara langsung, penindasnya tak akan ragu untuk melontarkan ucapan-ucapan yang tidak pantas dan biasanya hal ini dilakukan ketika tidak ada saksi atau orang dewasa.
Penindasan ini biasanya ditujukan pada anak yang fisik, penampilan, sifat, atau latar belakang sosialnya berbeda dari anak-anak yang lain. Tak jarang jenis bullying ini dialami oleh anak yang gemuk, canggung, atau prestasinya di sekolah kurang tampak. Ciri-ciri korban penindasan verbal yang bisa diamati adalah perubahan sikap seperti jadi tidak minat makan, pendiam, tidak percaya diri, dan mudah tersinggung.
Jangan menasihati anak untuk mengabaikan pelaku penindasan verbal. Hal ini justru akan membuat anak percaya pada kata-kata pelaku. Sebaliknya, ajari anak Anda untuk membalas hinaan atau ejekan dari penindasnya dengan cara yang dewasa. Misalnya dengan mengatakan, “Jangan mengejekku seperti itu,” atau, “Daripada menghina orang lain, lebih baik cari kegiatan lain saja sana,” sambil menatap mata pelaku. Di rumah, yang bisa Anda lakukan adalah membentuk rasa percaya diri anak dan mengajari bahwa tak seorang pun layak diperlakukan dengan semena-mena.

3. Tindakan pengucilan

Korban pengucilan mungkin tidak disakiti secara fisik maupun verbal, tetapi justru dimusuhi dan diabaikan oleh lingkungan pergaulannya. Anak pun jadi terisolasi dan terpaksa menyendiri. Anak juga akan kesulitan mencari teman karena biasanya si penindas punya pengaruh yang cukup kuat untuk membujuk orang lain mengucilkan si korban.
Apabila anak Anda sering menyendiri, mengerjakan tugas kelompok seorang diri, tidak pernah bermain bersama teman-teman di luar jam sekolah, atau tidak pernah membicarakan soal pertemanannya di sekolah, bisa jadi anak Anda adalah korban jenis bullying ini. Korban pengucilan juga biasanya akan menutup diri dari Anda dan keluarga.
Yang bisa Anda lakukan adalah menyempatkan diri setiap hari untuk mengobrol dan berkomunikasi dengan hangat bersama anak. Tanyakan soal hari-harinya dan perasaannya. Jangan meremehkan permintaan anak jika ia meminta untuk pindah sekolah. Anda juga bisa fokus mengembangkan minat dan bakat anak misalnya dengan mendaftar les renang atau belajar alat musik supaya lingkup pergaulannya bertambah luas.

4. Penindasan dunia maya

Jenis bullying di dunia maya (cyberbullying) adalah penindasan yang bisa dibilang cukup baru. Penindasan ini terjadi di dunia maya (Internet) misalnya melalui media sosial, aplikasi chatting, SMS, atau surat elektronik (e-mail). Karena sifatnya yang bebas, anak Anda mungkin menerima penindasan dari orang yang tidak dikenalnya atau orang dengan nama pengguna (username) samaran. Bullying yang terjadi biasanya berupa hinaan atau sindiran. Bisa juga berupa gosip tentang anak Anda yang disebarkan melalui media sosial.
Ciri-ciri anak yang menjadi korban cyberbullying adalah sering menghabiskan waktu di dunia maya tetapi tampak sedih atau tertekan setelahnya. Tanda lainnya adalah tidur larut malam atau bahkan tidak tidur sama sekali, menarik diri dari pergaulan, atau menjadi sangat protektif terhadap alat-alat elektronik yang dimilikinya seperti ponsel atau komputer.
Untuk menghadapi kasus cyberbullying, simpan semua file dan bukti penindasan. Karena biasanya sulit untuk melacak pelaku cyberbullying, mintalah bantuan dari pihak sekolah atau kepolisian untuk menindak kasus tersebut. Sementara untuk melindungi anak, batasi waktu yang dihabiskan anak di dunia maya. Selain itu, Anda juga harus belajar mengenai media sosial atau situs yang berpotensi jadi sarana penindasan. Cobalah untuk menggunakannya untuk menguji seberapa aman situs tersebut bagi anak. Anda juga bisa menyetel pengaturan khusus pada gadget anak yang aman dan sesuai untuk usianya.   

5. Penindasan seksual

Jika anak Anda sudah memasuki usia remaja awal, jenis bullying ini bisa terjadi. Penindasnya akan mengomentari, menggoda, berusaha mengintip, bahkan menyentuh korban secara seksual. Tak hanya itu, penindasan seksual juga mencakup menyebarkan foto korban yang bersifat sensual dan pribadi, mengambil foto korban diam-diam dengan tujuan memuaskan gairah seksual pelaku, atau memaksa korban menonton atau melihat hal-hal yang berbau pornografi. Dalam beberapa kasus, penindasan seksual termasuk dalam tindakan kriminal yaitu pelecehan atau kekerasan seksual di mana pelaku bisa ditindak secara hukum.
Kebanyakan korban penindasan seksual adalah anak perempuan, meskipun tak menutup kemungkinan anak laki-laki juga mengalami jenis bullying ini. Beberapa tanda yang bisa Anda amati adalah nilai mata pelajaran menurun, muncul ketakutan terhadap lawan jenis, mudah tersinggung, gaya berpakaian berubah, menarik diri dari pergaulan, atau mengalami depresi.
Kalau Anda curiga anak Anda mengalami penindasan seksual, ajak anak Anda untuk bicara baik-baik tanpa maksud untuk mengkritisi atau menyalahkan anak (misalnya karena cara berpakaian atau sikap anak terhadap lawan jenis). Tekankan bahwa apa yang terjadi padanya bukan salahnya sama sekali, melainkan salah pelaku. Langkah selanjutnya adalah membicarakannya dengan pihak sekolah untuk menindak pelaku. Bila anak Anda melaporkan penindasan seksual yang cukup serius, periksakan anak ke fasilitas kesehatan dan adukan ke kepolisian.

Mencegah Bullying Dengan Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosi sangatlah penting untuk diajarkan di sekolah. Seorang anak yang merasa cemas, cemburu, putus asa, atau terasing akan mengalami kesulitan belajar, banyak diam, dan sulit untuk membangun hubungan antar teman yang lain. Emosi berperan penting dalam perilaku bullying di sekolah-sekolah. Banyak anak-anak disekolah melaporkan bahwa mereka telah diintimidasi. Pengalaman pernah dibully merupakan pengalaman yang mengerikan bagi setiap anak yang pernah mengalaminya, baik pernah diintimidasi secara agresi fisik, pelecehan verbal, maupun pengucilan.
Bullying memiliki konsekuensi emosional yang merugikan bagi semua. Korban yang pernah dibully beresiko tinggi untuk depresi, cemas, dan memiliki keinginan bunuh diri. Sedangkan para pelaku mengalami depresi,cemas, permusuhan, dan rentan terhadap penyalahgunaan zat dan perilaku antisosial. Korban sasaran bullyinglah pada akhirnya yang paling menderita, memerka berpotensi untuk melakukan kejahatan dan penyalahgunaan mitra di kemudian hari (dendam). Salah satu insiden bullying dapat merusak komunitas sekolah secara keseluruhan, mengganggu kesejahteraan sekolah, dan meninggalkan bekas luka yang tak dapat terhapuskan pada kehidupan anak-anak.
Kecerdasan emosional perlu menjadi komponen utama dari upaya intimidasi pencegahan dari prasekolah hingga kelas SMA . Mengambil pendekatan hukum dan ketertiban. Intervensi pengamat bahkan bermaksud baik dapat memiliki konsekuensi yang sama. Misalnya, meminta anak-anak untuk berdiri agar tidak pengganggu dapat membuat kecemasan dan mungkin menyebabkan mereka berada pada risiko untuk pembalasan.
Semua anak membutuhkan pendidikan dalam kecerdasan emosional. Pendidikan ini akan membantu mencegah anak-anak untuk tidak menyakiti teman-temannya sebagai pelepasan emosional. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri dan emosi orang lain. Anak-anak yang memeiliki kecerdasan emosi (mereka menggunakan ketenangan emosi untuk menjaga hubungan yang sehat ketika senang, sedih dan marah). Mereka mengalami sedikit depresi, kecemasan, dan agresi sehingga hubungan antar pertemanan mereka pun bagus. sedangkan anak yang tidak memiliki kecerdasan emosional rentan terhadap kesehatan mental (emosional) dan memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menggunakan/melakukan perilaku agresif.
Kecerdasan emosional dapat diajarkan seperti halnya mengajarkan matematika atau membaca. pelajaran ini mudah diintegrasikan ke dalam kurikulum akademik standar dan dapat meningkatkan instruksi kelas dan sekolah. Hasilnya, sekolah akan menjadi lebih baik, siswa akan lebih bahagia, dan efektif unntuk menurunkan resiko bullying di sekolah.
Secara khusus guru harus mengikuti pelatihan tentang bagaimana cara mengajarkan kecerdasan emosi kepada siswa dalam pembelajaran di kelas. Bagaimana kita bisa mengharapkan anak-anak untuk belajar kosa kata strategi dan regulasi yang sesuai dengan usia untuk mengekspresikan emosi mereka. Guru dilatih agar dapat mengajarkan keterampilan untuk mengenali, memahami, melabel, mengungkapkan, dan mengatur emosi. hal tersebut merupakan salah satu pendekatan yang efektif untuk mengajarkan kecerdasan emosional pada anak di sekolah. Mengabaikan pendidikan emosional pada anak dan orang dewasa beresiko menjadikan anak-anak yang tidak memiliki rasa belas kasihan. Pengabaian ini telah menciptakan celah dalam sistem pendidikan. Seperti seorang ahli menuliskan ”Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN ANIMASI DESPICABLE ME DAN SHAUN THE SHEEP MOVIE